papiku aku sayang banget
Ceramahpun
segera dimulai. Dengan seksama aku mendengarkan dengan patuh, menyimak betul
apa yang ingin disampaikan kepadaku.
Setiap hari berganti tema dan topik. Dan
hebatnya lagi papi tidak pernah mengulang cerita. Artinya ada saja ceramahnya
dan selalu berbeda setiap harinya. Kalaupun terulang kembali jangka waktunya
sangat lama.
Durasi ceramahnya tak sampai 15 menit. Kemudian papi meminta
pendapatnya secara bebas. Jawabanya terserah pada diriku. Papi juga tidak marah
atau kecewa apabila aku tidak memahami maksud ceramahnya.
Kalau
aku paham papi tersenyum dan kalau aku tidak mengerti maksudnya papi justru
tertawa lalu akan berkata demikian,” belum saatnya anakku tetapi nanti kalau
kamu menginjak dewasa kamu akan mengerti.” Lalu kebiasaannya mencium keningku
lalu memintaku belajar di kamarku.
Kebiasaan
ini dilakukkan sejak aku masih kecil kira-kira ketika aku duduk di bangku TK
papi sudah mulai sering berceramah. Kebiasaan ini terus berlanjut hingga aku
menginjak dewasa. Kebiasaan ini tidak berubah.
Papi penuh kasih sayang setiap
kali menuangkan ceramahnya. Kalimatnya penuh perasaan mendalam karena kadang
ketika berceramah papi meneteskan air mata, kadang diselinggi dengan tawa
canda, dan serius.
Maklum
saja karena papi telah kehilangan dua orang yang dicintainya yaitu istrinya
(mamiku) dan kakakku. Kedua meninggal dunia ketika masih berumur 3 tahun. Aku
tidak tahu mengapa mereka meninggal dunia? Papi sangat terpukul dengan kematian
orang yang dicintainya di dunia.
Komentar
Posting Komentar