Puisi Cinta 30
Sang anak
Ketika dia lahir di muka bumi
Jutaan tawa menebar seantero dunia
Senyuman dan tangisan penuh suka cita menyambutnya.....
Pesta pora dan doa-doa demi keselamatannya
Orang tua mana yang sanggup menolaknya?
Nama-nama indah sudah menanti melekat pada dirinya
Semua serba terbaik yang akan di persembahkan untuknya
Ya.....sang anak diam begitu saja....
Dia tak peduli dengan materi duniawi dan segala harta
benda
Buat apa?
Susu....ya ...susu...hanya itu dibutuhkannya
dia membutuhkannya susu termahal dan terbaik di dunia
tidak setiap perempuan bisa dan mau menyusui
anak-anaknya...
sang anak paling suka menetek ibunya
namun....kenyataan bisa lain...bila..terjadi pada
kami..kami di sini...
sang anak justru sebagai beban moral dan beban
segala-galanya
kehadirannya sungguh sangat menyakitkan
penuh cibiran..rasa jengkel tak karuan
rasanya seluruh isi kepala semburat di jalanan terlontar
di makan kucing kelaparan
malapetaka semakin membesar menerjang jatung pertahanan
sang anak merusak sendi-sendi percintaan
tetesan air mata tak akan berhenti bial benih kehidupan
bersemayam di dalam kandungan
semakin membesar..semakin besar pula kehancuran
tak jarang kami harus menjual hasil percintaan..
entah siapa yang menerimanya
kami tetap berikan dengan isak tangis sepanjang sian gdan
malam
bukan tubuh kami aja yang di jual...
hasilnya pun juga terjual
kesedihan berurai tangisan menjadi darah memerahkan air
mata..
sakit menyesakkan dada
kami sedih namun mau berbuat apa
kami tak sanggup memberikan susu kehidupan kepadanya...
susu kami buat banyak pelanggan...bukan untuknya
siapa yang peduli dengan aksi kami?
Semua diam....
Resiko dari pekerjaan.....tak sedikit yang senang dengan
pemberian...
Wanita-wanita mandul selalu bertanya dan meminta kepada
kami bila mengandung...
Mereka-mereka berjanji pasti mengandi dengan sejumlah
uang...
Ya...uanglah yang kami cari di sini....
Hanya itu yang kami inginkan...
Kejamkah...sadiskah.....?
Sang anak lebih baik di tempat yang baik pula....
Biarkanlah ada seseorang yang merawatnya seperti anaknya
sendiri..
Sang anakpun tidak akan menuntut kami di
pengadilan........
Biarpun hati menjerit sampai ke ujung bulan...
Air mata memenuhi sejumlah empang dan kolam....
Darah memanas dan jantung berdetak melebihi kecepatan
normal...
Otot-otot meregang sekuat tenaga menyembul menembus
tulang.....
Tak satupun...orang ..yang mempedulikan
Biarpun kami sampai mati..
Kami sadar...akan perbuatan
Konsekuensi....kami menerima dengan lapang dada..terbuka
lebar
Sekali lagi...biarkanlah...sang anak pergi...
Kami tetap di sini......yang selalu di nanti
melayani pelanggan dengan segenap hati
20 desembar 2008 jarak parkir 64 sby
Komentar
Posting Komentar