Puisi Cinta VII
Pelacur
Kata-kata itu..sangat pedas terdengar di telingga
kami....
Kedua telapak tangan menutupi kedua telinga rapat-rapat bila ada yang menyebut kata itu
Pedas dan menyakitkan hati
Sebutan negatif telah tertancap di benak kami...kami
benci kata itu
Lonte...sundel....balon....ramban.......pelacur.....entah
apalagi.....
Sebutan itu bukan berasal dari isi hati kami.....
Itu kata mereka...mereka yang merasa dirinya suci
dari dosa.....
Mereka yang merasa....tak mengenal najis....sok
suci.....
Kami....tak mengenal kata itu.......
Kami benci tak sudi mendengarkannya
Kata-kata hina dina kerap kali terlontar tanpa
logika
Tak jelas maksud dan tujuan dengan konotasi yang
di tujukan kepada kami
Kami tak pernah menyakiti....merusak.....membuat
onar atau merugikan
Kami bukan maling, poembunuh, teroris, penjahat koruptor yang suka
merampas merampok
Merekalah orang yang sangat merugikan setiap orang....di dunia ini
Perbuatan keji bahkan diiringgi dengan pencabutan
nyawa tak berdosa bila melawan
Jelas ......sekali.....bukan tindakan bejat perlu
di berantas......
Sedangkan kami.......pelayan nafsu terbaik di dunia ini
Tubuh kami...selalu memberikan kasih sayang
sepanjang malam
Dikala ada yang membutuhkankan kami datang
sebagai pelayan seksual
Melayani sepenuh hati.....buat tersayang bila
membawa uang
Kami pekerja keras.....siang malam....membanting
tulang.......di atas ranjang
Keringat bercucuran deras mengalir .....membasahi
tubuh ini..
Semua ini demi siapa......?
Modalnya hanya tubuh....tidak yang lain ditambah
layanan di atas ranjang
Memuaskan..menyenangkan..menampung jutaan air seni
Kami.......bekerja....tanpa keterpaksaan...meski dengan tangisan di hati paling dalam.
Hidup kami
tergantung...oleh kemampuan tubuh ini melayani nafsu liar lak-laki....
Itulah......pekerjaan kami.........kami siap
selalu melayani.......itulah
tujuan kami
Parkir jarak 64 Surabaya 18 Oktober 2008
Komentar
Posting Komentar